Yang Mudah Lupa dan Terlupakan

Allah ﷻ berfirman:

وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Dan wanita-wanita di kota berkata: “Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata” (QS. Yusuf: 30)

يَانِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik (QS. Al-Ahzab: 32)

Dalam bahasa Arab, kata wanita dengan bentuk jamak menggunakan lafaz Niswah(نسوة)  dan Nisa’ (نساء), sedangkan bentuk tunggalnya menggunakan lafaz Mar’ah (المرأة) atau Imro’ah (امرأة). Yang menarik dalam pembahasan ini adalah, bahwa kedua lafaz dalam bentuk jamak tersebut, tidak berasal dari pecahan kata dalam bentuk tunggal. Hal ini berbeda dengan pola kata dalam bahasa Arab pada umumnya.

Agar lebih mudah untuk dipahami, kita ambil contoh kata Rojul (رجل) yang berarti laki-laki. Bentuk jamak dari kata tersebut adalah Rijal (رجال) yang masih merupakan pecahan kata dari bentuk tunggalnya.

Menjadi tanda tanya besar tentunya, mengapa kata atau lafaz untuk wanita bisa berbeda dari kaidah umumnya?. Barangkali karena ia teramat istimewa, sebagaimana Al-Qur’an pun mengistimewakannya dalam membahasnya, bahkan ada sebuah surah yang menggunakan nama Surah Para Wanita (سورة النساء).

Pertanyaan selanjutnya, mengapa lafaz Niswah dan Nisa’ yang digunakan?, apa maknanya dan apa maknanya?.

Dalam bahasa Arab, lafaz Nasiya-Yansa yang berarti lupa mempunyai kata benda (Masdar) yang beragam, di antaranya: Nisyan, nasyan, nisawah dan niswahKemudian untuk menyebut orang yang mudah atau sering lupa menggunakan Isim Tafdhil Nassa’ (نَسَّاء) yang mana jika ditulis tanpa tanda baca akan mirip dengan penulisan Nisa’ (نِسَاء).

Sampai di sini semoga ada sedikit gambaran mengenai makna lafaz tersebut. Wallahu a’lamu bis showab, jika memang benar, maka pada hakikatnya wanita mempunyai sifat dasar mudah lupa, lupa akan dirinya dan sekitarnya.

Coba perhatikan surah Yusuf ayat 30 di atas, ketika mereka berkumpul, mereka lupa akan keadaan. Bahkan mereka lupa akan siapa yang mereka perbincangkan, yang mereka perbincangkan adalah isteri dari seorang penguasa, yang tentu membicarakannya bukanlah suatu hal yang sederhana.

Kemudian dalam surah Al-Ahzab ayat 32, Allah ﷻ menyeru para isteri Nabi agar mereka tidak lupa akan posisi mereka sebagai isteri nabi dan menegaskan bahwa mereka tidaklah sama dengan wanita lain pada umumnya.

Wahai para wanita! Janganlah engkau mudah lupa akan dirimu, sekitarmu dan nikmat yang ada padamu. Sebab banyak yang berkata “Seribu nikmat yang diperoleh wanita, akan sirna dengan satu keburukan yang menimpanya”.

Selain mudah lupa, wanita juga sering terlupakan. Dalam hal ini Al-Qur’an memberikan isyarat dengan kisah Fir’aun yang terdapat dalam surah Al-Baqoroh ayat 49, Allah ﷻ berfirman:

وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir´aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu

Hal senada juga disampaikan dalam surah Al-A’rof ayat 141, Ibrohim ayat 6 dan Al-Qoshos ayat 4.

Kalau kita cermati, setelah penyebutan lafaz Abna’ (أبناء) yang berarti anak-anak laki-laki seharusnya disebutkan lafaz Banat (بنات) yang berarti anak-anak perempuan. Namun yang disebutkan justru lafaz Nisa’, seolah Allah ﷻ ingin menunjukkan bahwa Fir’aun melupakan dan tidak menganggap berarti anak-anak perempuan.

Sesungguhnya Fir’aun salah besar karena ia lupa, bahwa Musa Alaihis Salam yang ia khawatirkan kedatangannya lahir dari rahim seorang wanita. Seandainya saja ketika itu ia membunuh semua wanita yang ada.

Wahai para wanita! Berbahagialah! Sesungguhnya di balik setiap pria yang tangguh dan gagah perkasa, ada wanita yang telah bersusah payah berjuang untuk melahirkannya. Di balik setiap pria yang sukses, ada seorang wanita yang mengurus rumah dan anak-anaknya. Berbanggalah dan berbahagilah kalian wahai para wanita!