SELEMBUT HEMBUSAN UDARA 2

SELEMBUT HEMBUSAN UDARA 2

Dari Abul Mu’alla ia berkata: Rasulullah bersabda “Sesungguhnya seorang hamba daripada hamba-hamba Allah diberikan pilihan oleh Rabb-nya antara hidup di dunia sampai kapan pun ia kehendaki serta makan padanya sampai kapan pun ia kehendaki dan pilihan untuk bertemu Rabb-nya”.  Maka tidak ada seorang pun yang menyadari perkataan Rasulullah kecuali Abu Bakar, kemudian ia terisak menangis.

Orang-orang pun berkata “Perhatikanlah orang ini (Abu Bakar), apa yang menyebabkannya menangis? Sesungguhnya Rasulullah bersabda: Sesungguhnya seorang hamba daripada hamba-hamba Allah diberikan pilihan oleh Rabb-nya antara hidup di dunia sampai kapan pun ia kehendaki serta makan padanya sampai kapan pun ia kehendaki dan pilihan untuk bertemu Rabb-nya, kemudian hamba tersebut memilih untuk bertemu Rabb-nya. Lalu apa yang menyebabkan orang ini (Abu Bakar) menangis?”.Tatkala Abu bakar mendengar perkataan mereka, ia mengangkat kepalanya dan menghadapkannya kepada Nabi Muhammad ﷺ, kemudian ia berkata “Sungguh kami akan menebusmu dengan Ayah-ayah kami dan harta-harta kami”. Maka Rasulullah ﷺ bersabda “Tidak ada seorang pun yang lebih berjasa dalam persahabatan dan dukungan hartanya daripada Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar), seandainya aku boleh menjadikan seorang Khalil (selain Allah) niscaya aku akan menjadikan Ibnu Abi Quhafah sebagai Khalil. Namun, cukuplah ikatan kasih sayang, persaudaraan dan iman. Dan sesungguhnya sahabat kalian (Rasulullah) adalah Khalilullah”.

Fadhoilus Shohabah (Imam Ahmad bin Hanbal)

Waktu Semakin Dekat

            Setelah pertemuan Rasulullah ﷺ dengan Abu Muwaihibah di Baqi’, sakit semakin mendera beliau, sehingga tubuh beliau semakin melemah. Waktu untuk berpisah semakin dekat, namun hati tetap tak kuasa untuk menyampaikan kalimat perpisahan. Hingga saat tersebut, hanya Abu Muwaihibah lah yang mengetahui perihal pilihan nabi tersebut.

            Dengan semakin dekatnya waktu berpisah, maka kalimat perpisahan harus tetap disampaikan walaupun secara tersirat. Inilah cara terbaik menurut beliau, tetap menyampaikan apa yang harus disampaikan tanpa menimbulkan rasa sedih dalam hati para sahabatnya.

            Di tengah sakit yang beliau rasakan, beliau menyempatkan diri untuk naik mimbar, tempat di mana beliau biasa berkhutbah. Beliau bercerita bahwa ada seorang hamba yang diberikan pilihan oleh Allah ﷻ untuk hidup bersenang-senang di dunia sampai waktu yang ditentukan. sedangkan pilihan lainnya adalah untuk segera bertemu Rabb-nya, maka hamba tersebut memilih untuk segera bertemu Rabb-nya.

            Beginilah Muslim seharusnya, yakni sakit yang dirasa tidak akan menghalangi dirinya dari menunaikan kewajibannya. Ia juga harus pandai menata kalimat yang keluar dari lisannya, agar tak ada hati yang sedih dan teruka.

            Beginilah Muslim seharusnya, yakni kemewahan dunia bukanlah tujuan utamanya. Ridho Allah ﷻ adalah pencapaian akhir yang harus diraihnya.

Sahabat Terdekat Mampu Memahami

            Di saat orang-orang menganggap apa yang disampaikan Rasulullah ﷺ sebagai sebuah berita biasa, akan tetapi ada satu orang yang memahami bahwa apa yang disampaikan adalah sebuah kalimat perpisahan. Dialah Abu Bakar Ash Shiddiq, sahabat terdekat Rasulullah ﷺ. Kebersamaan, cinta dan ikatan batin antara keduanya mendobrak semua pintu rahasia dalam jiwa.

            Menangislah Abu Bakar sejadi-jadinya, akibat perpisahan yang akan terjadi antara dirinya dengan orang yang sangat dicintainya. Bahkan ayah, ibu, anak dan harta akan ia korbankan asalkan bisa tetap bersama Rasul tercinta.

            Beginilah Muslim seharusnya, yakni selalu berusaha memahami akan apa yang terjadi terhadap saudaranya. Ia juga harus rela berkorban demi sesama Muslim lainnya.

Pada Hakikatnya Beliau Tetap Bersama Umatnya

            Sebelum beliau pergi meninggalkan para sahabat dan umatnya, beliau memberikan sebuah pesan yang sangat berharga. Imam Malik meriwayatkan:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ، لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ، وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ صَلى الله عَلَيه وَسَلم

Bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda: Aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya; Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah (Hadits) Nabi-Nya ﷺ.[1]

            Raga mungkin terpisah, namun nasihat dan bimbingan tetap membersamai umatnya. Ia melebur dan menyebar ke seluruh penjuru dunia, seperti udara yang kita hela, ia selalu ada. Siapa saja yang menghirupnya maka ia akan masuk ke dalam setiap ruang diri kita, sehingga hiduplah kita dengan bimbingannya.

Kami Rela Melepasmu

            Wahai Rasul! wahai Kholilullah!. Sudah cukup semua yang telah engkau berikan kepada kami -umatmu-, kami rela engkau tinggalkan. Sungguh besar pengorbananmu untuk kami -umatmu-, semoga Sholawat serta Salam senantiasa menyertaimu.

            Janganlah engkau risau!, bahkan kami bersaksi bahwa engkau telah melaksanakan semua perintah yang Allah ﷻ berikan, engkau telah menunaikan semua amanat yang telah diberikan dan tak ada satu pun berita yang engkau sembunyikan dari kami. Maka berbahagialah engkau wahai pribadi yang jujur, tepercaya dan penuh cinta.

            Sungguh kami malu jika harus menerima kebaikan darimu lagi, sudah terlalu banyak hal yang tak mampu kami balas. Kini saatnya engkau mendapatkan apa yang engkau inginkan, yakni bertemu dengan Sang Ilahi –Rabbul ‘Alamin-. Doakanlah kami -umatmu- agar Allah ﷻ mengampuni kami, semoga kami bertemu denganmu di tempat dimana engkau berada.

Aaminn Yana Rabb………..


[1] Al Muwattho’ Imam Malik no.1874.

SELEMBUT HEMBUSAN UDARA 1

SELEMBUT HEMBUSAN UDARA 1

Dari Abu Muwaihibah Rhodhiyallahu ‘anhu Ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda “Sesungguhnya aku telah diperintahkan agar meminta ampunan untuk Ahli Baqi’, maka pergilah bersamaku” maka aku pun pergi bersama beliau di penghujung malam. Lalu ketika beliau sampai (di Baqi’), beliau bersabda “Assalamu ‘alaikum wahai para penghuni kubur, selamat atas kalian daripada apa yang telah terjadi pada manusia-manusia lainnya. Fitnah-fitnah telah datang seperti potongan malam yang kelam, ia selalu berkesinambungan dan yang akhir lebih dahsyat dari fitnah sebelumnya”.
Kemudian beliau menghadap ke arahku seraya bersabda “Wahai Abu Muwaihibah! Sesungguhnya aku telah diberikan kunci-kunci perbendaharaan dunia dan tinggal padanya dalam waktu yang lama, lalu setelah itu masuk ke dalam Surga. Kemudian aku diberikan pilihan antara yang demikian itu dengan (pilihan) bertemu Rabb-ku”.
Aku (Abu Muwaihibah) berkata: Atas nama Ayah dan Ibuku, ambillah kunci-kunci perbendaharaan dunia dan tinggal padanya dalam waktu yang lama, lalu setelah itu masuk ke dalam Surga. Beliau menjawab “Tidak, demi Allah Wahai Abu Muwaihibah!. Sungguh aku telah memilih untuk bertemu Rabb¬-ku”.
Kemudian beliau memohonkan ampunan untuk Ahli Baqi’, lalu beliau beranjak pergi. Maka setelah itu mulailah sakit mendera beliau hingga datang kematian.

HR. Ad Darimi

Pilihan yang sulit

Di tengah kesunyian malam dimana kebanyakan manusia sedang terlelap dalam peristirahatan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam menyempatkan diri untuk mengunjungi para sahabatnya yang telah meninggal dalam keadaan syahid di medan pertempuran. Diajaknya seorang mantan budak yang telah beliau merdekakan untuk menemani perjalanan, sekaligus beliau akan menyampaikan sebuah berita yang sangat sulit untuk diungkapkan.

            Sungguh Allah ‘Azza Wa Jalla telah memberikan dua buah pilihan, pilihan pertama adalah untuk mendapatkan kemenangan dan kekuasaan di dunia serta menetap padanya sampai batas waktu yang Allah ‘Azza Wa Jalla tentukan, kemudian setelah itu Allah ‘Azza Wa Jalla akan memasukkan beliau ke dalam Surga. Sedangkan pilihan kedua adalah untuk segera bertemu menghadap ke hariban Ilahi.

            Mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyampaikan hal tersebut, maka sontak seketika saja Abu Muwaihibah meyakinkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam untuk memilih pilihan yang pertama. Sebab dengannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam akan mampu membersamai para sahabatnya dan umatnya untuk menggapai kemenangan demi kemenangan sampai batas waktu yang ditentukan.

            Dengan berat hati, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menegaskan bahwa beliau telah memilih pilihan kedua. Beliau memilih untuk segera dapat bertemu ke hariban Rabb-nya, meskipun itu berarti beliau harus berpisah dengan para sahabat dan orang-orang yang dicintainya.

Apa yang ada di sisi Allah adalah yang terbaik

 لَٰكِنِ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ رَبَّهُمۡ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا نُزُلٗا مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۗ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّلۡأَبۡرَارِ ١٩٨

Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti (QS. Ali Imron: 198)

مَا عِندَكُمۡ يَنفَدُ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٖۗ وَلَنَجۡزِيَنَّ ٱلَّذِينَ صَبَرُوٓاْ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٦

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. An-Nahl: 96)

وَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتُهَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٦٠

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya (QS. Al-Qoshos: 60)

            Sebagaimana kita ketahui bahwa beliau adalah seorang Rasul yang sangat mencintai umatnya, tentu akan terbesit dalam hati beliau untuk bisa tinggal dalam waktu yang lebih lama. Apalagi setelah beliau mengetahui akan datangnya banyak fitnah  yang menghampiri, bahkan fitnah itu mendatangi setiap pintu rumah kaum Muslimin.

            Namun beliau adalah orang yang paling mengetahui akan Allah ‘Azza Wa Jalla, dan beliau adalah orang yang paling mengetahui akan apa yang ada di sisi Allah ‘Azza Wa Jalla. Oleh karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memilih untuk segera bertemu Rabb-nya.

Lisan selembut sutera dan hati selembut hembusan udara

            Keputusan telah diambil dan pilihan telah ditetapkan, namun berat bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam untuk menyampaikannya kepada para sahabatnya. Terbayang dalam benak beliau betapa sedih mereka ketika mendengar kabar tersebut.

            Perpisahan dengan orang yang dicintai pastilah akan menimbulkan kesedihan yang mendalam. Oleh karenanya hati yang lembut itu tak kuasa melihat kesedihan dan  lisan yang lembut itu juga tak mampu mengutarakan sebuah kalimat perpisahan. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ ١٢٨

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (QS. At-Taubah: 128)

            Lalu bagaimana dengan kita sebagai umatnya? Selembut itukah hati kita dan selembut itukah lisan kita kepada Muslim lainnya?. Jangankan kepada orang lain, terhadap Orangtua sendiri saja lisan ini sering menyakiti dan terhadap pasangan sendiri saja hati ini tega melihatnya terluka.

            Ya Allah! Luruskanlah lisan kami, lembutkanlah hati kami dan perbaikilah perangai kami agar tak ada lagi hati-hati yang teruka.

Bersambung …..

BERTEMU DENGAN ALLAH

BERTEMU DENGAN ALLAH

Pilihan Yang Sulit

Di tengah kesunyian malam dimana kebanyakan manusia sedang terlelap dalam peristirahatan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam menyempatkan diri untuk mengunjungi para sahabatnya yang telah meninggal dalam keadaan syahid di medan pertempuran. Diajaknya seorang mantan budak yang telah beliau merdekakan untuk menemani perjalanan, sekaligus beliau akan menyampaikan sebuah berita yang sangat sulit untuk diungkapkan.

Sungguh Allah ‘Azza Wa Jalla telah memberikan dua buah pilihan, pilihan pertama adalah untuk mendapatkan kemenangan dan kekuasaan di dunia serta menetap padanya sampai batas waktu yang Allah ‘Azza Wa Jalla tentukan, kemudian setelah itu Allah ‘Azza Wa Jalla akan memasukkan beliau ke dalam Surga. Sedangkan pilihan kedua adalah untuk segera bertemu menghadap ke hariban Ilahi.

Mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyampaikan hal tersebut, maka sontak seketika saja Abu Muwaihibah meyakinkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam untuk memilih pilihan yang pertama. Sebab dengannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam akan mampu membersamai para sahabatnya dan umatnya untuk menggapai kemenangan demi kemenangan sampai batas waktu yang ditentukan.

Dengan berat hati, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menegaskan bahwa beliau telah memilih pilihan kedua. Beliau memilih untuk segera dapat bertemu ke hariban Rabb-nya, meskipun itu berarti beliau harus berpisah dengan para sahabat dan orang-orang yang dicintainya.

Apa yang ada di sisi Allah adalah yang terbaik

لَٰكِنِ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ رَبَّهُمۡ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا نُزُلٗا مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۗ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّلۡأَبۡرَارِ ١٩٨

Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti (QS. Ali Imron: 198)

مَا عِندَكُمۡ يَنفَدُ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٖۗ وَلَنَجۡزِيَنَّ ٱلَّذِينَ صَبَرُوٓاْ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٦

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. An-Nahl: 96)

وَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتُهَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٦٠

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya (QS. Al-Qoshos: 60)

Sebagaimana kita ketahui bahwa beliau adalah seorang Rasul yang sangat mencintai umatnya, tentu akan terbesit dalam hati beliau untuk bisa tinggal dalam waktu yang lebih lama. Apalagi setelah beliau mengetahui akan datangnya banyak fitnah yang menghampiri, bahkan fitnah itu mendatangi setiap pintu rumah kaum Muslimin.

Namun beliau adalah orang yang paling mengetahui akan Allah ‘Azza Wa Jalla, dan beliau adalah orang yang paling mengetahui akan apa yang ada di sisi Allah ‘Azza Wa Jalla. Sehingga sangat wajar jika beliau lebih memilih untuk segera bertemu dengan Allah SWT.