Dari Abul Mu’alla ia berkata: Rasulullah bersabda “Sesungguhnya seorang hamba daripada hamba-hamba Allah diberikan pilihan oleh Rabb-nya antara hidup di dunia sampai kapan pun ia kehendaki serta makan padanya sampai kapan pun ia kehendaki dan pilihan untuk bertemu Rabb-nya”.  Maka tidak ada seorang pun yang menyadari perkataan Rasulullah kecuali Abu Bakar, kemudian ia terisak menangis.

Orang-orang pun berkata “Perhatikanlah orang ini (Abu Bakar), apa yang menyebabkannya menangis? Sesungguhnya Rasulullah bersabda: Sesungguhnya seorang hamba daripada hamba-hamba Allah diberikan pilihan oleh Rabb-nya antara hidup di dunia sampai kapan pun ia kehendaki serta makan padanya sampai kapan pun ia kehendaki dan pilihan untuk bertemu Rabb-nya, kemudian hamba tersebut memilih untuk bertemu Rabb-nya. Lalu apa yang menyebabkan orang ini (Abu Bakar) menangis?”.Tatkala Abu bakar mendengar perkataan mereka, ia mengangkat kepalanya dan menghadapkannya kepada Nabi Muhammad ﷺ, kemudian ia berkata “Sungguh kami akan menebusmu dengan Ayah-ayah kami dan harta-harta kami”. Maka Rasulullah ﷺ bersabda “Tidak ada seorang pun yang lebih berjasa dalam persahabatan dan dukungan hartanya daripada Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar), seandainya aku boleh menjadikan seorang Khalil (selain Allah) niscaya aku akan menjadikan Ibnu Abi Quhafah sebagai Khalil. Namun, cukuplah ikatan kasih sayang, persaudaraan dan iman. Dan sesungguhnya sahabat kalian (Rasulullah) adalah Khalilullah”.

Fadhoilus Shohabah (Imam Ahmad bin Hanbal)

Waktu Semakin Dekat

            Setelah pertemuan Rasulullah ﷺ dengan Abu Muwaihibah di Baqi’, sakit semakin mendera beliau, sehingga tubuh beliau semakin melemah. Waktu untuk berpisah semakin dekat, namun hati tetap tak kuasa untuk menyampaikan kalimat perpisahan. Hingga saat tersebut, hanya Abu Muwaihibah lah yang mengetahui perihal pilihan nabi tersebut.

            Dengan semakin dekatnya waktu berpisah, maka kalimat perpisahan harus tetap disampaikan walaupun secara tersirat. Inilah cara terbaik menurut beliau, tetap menyampaikan apa yang harus disampaikan tanpa menimbulkan rasa sedih dalam hati para sahabatnya.

            Di tengah sakit yang beliau rasakan, beliau menyempatkan diri untuk naik mimbar, tempat di mana beliau biasa berkhutbah. Beliau bercerita bahwa ada seorang hamba yang diberikan pilihan oleh Allah ﷻ untuk hidup bersenang-senang di dunia sampai waktu yang ditentukan. sedangkan pilihan lainnya adalah untuk segera bertemu Rabb-nya, maka hamba tersebut memilih untuk segera bertemu Rabb-nya.

            Beginilah Muslim seharusnya, yakni sakit yang dirasa tidak akan menghalangi dirinya dari menunaikan kewajibannya. Ia juga harus pandai menata kalimat yang keluar dari lisannya, agar tak ada hati yang sedih dan teruka.

            Beginilah Muslim seharusnya, yakni kemewahan dunia bukanlah tujuan utamanya. Ridho Allah ﷻ adalah pencapaian akhir yang harus diraihnya.

Sahabat Terdekat Mampu Memahami

            Di saat orang-orang menganggap apa yang disampaikan Rasulullah ﷺ sebagai sebuah berita biasa, akan tetapi ada satu orang yang memahami bahwa apa yang disampaikan adalah sebuah kalimat perpisahan. Dialah Abu Bakar Ash Shiddiq, sahabat terdekat Rasulullah ﷺ. Kebersamaan, cinta dan ikatan batin antara keduanya mendobrak semua pintu rahasia dalam jiwa.

            Menangislah Abu Bakar sejadi-jadinya, akibat perpisahan yang akan terjadi antara dirinya dengan orang yang sangat dicintainya. Bahkan ayah, ibu, anak dan harta akan ia korbankan asalkan bisa tetap bersama Rasul tercinta.

            Beginilah Muslim seharusnya, yakni selalu berusaha memahami akan apa yang terjadi terhadap saudaranya. Ia juga harus rela berkorban demi sesama Muslim lainnya.

Pada Hakikatnya Beliau Tetap Bersama Umatnya

            Sebelum beliau pergi meninggalkan para sahabat dan umatnya, beliau memberikan sebuah pesan yang sangat berharga. Imam Malik meriwayatkan:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ، لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ، وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ صَلى الله عَلَيه وَسَلم

Bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda: Aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya; Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah (Hadits) Nabi-Nya ﷺ.[1]

            Raga mungkin terpisah, namun nasihat dan bimbingan tetap membersamai umatnya. Ia melebur dan menyebar ke seluruh penjuru dunia, seperti udara yang kita hela, ia selalu ada. Siapa saja yang menghirupnya maka ia akan masuk ke dalam setiap ruang diri kita, sehingga hiduplah kita dengan bimbingannya.

Kami Rela Melepasmu

            Wahai Rasul! wahai Kholilullah!. Sudah cukup semua yang telah engkau berikan kepada kami -umatmu-, kami rela engkau tinggalkan. Sungguh besar pengorbananmu untuk kami -umatmu-, semoga Sholawat serta Salam senantiasa menyertaimu.

            Janganlah engkau risau!, bahkan kami bersaksi bahwa engkau telah melaksanakan semua perintah yang Allah ﷻ berikan, engkau telah menunaikan semua amanat yang telah diberikan dan tak ada satu pun berita yang engkau sembunyikan dari kami. Maka berbahagialah engkau wahai pribadi yang jujur, tepercaya dan penuh cinta.

            Sungguh kami malu jika harus menerima kebaikan darimu lagi, sudah terlalu banyak hal yang tak mampu kami balas. Kini saatnya engkau mendapatkan apa yang engkau inginkan, yakni bertemu dengan Sang Ilahi –Rabbul ‘Alamin-. Doakanlah kami -umatmu- agar Allah ﷻ mengampuni kami, semoga kami bertemu denganmu di tempat dimana engkau berada.

Aaminn Yana Rabb………..


[1] Al Muwattho’ Imam Malik no.1874.