Kisah nabi Adam AS tidak hanya dikisahkan oleh Al-Quran, karena kitab-kitab sebelum Al-Quran juga menceritakan kisah nabi Adam AS. Hanya saja, kisah yang termuat dalam kitab-kitab tersebut tidak bisa dijamin keotentikannya. Oleh karenanya cukuplah bagi kita untuk hanya mengambil informasi kisah nabi Adam AS dari Al-Quran dan As Sunnah.
Kisah nabi Adam AS di dalam Al-Quran tersebar dalam beberapa surat, yakni di surat Shad, Al-A’raf , Thaha, Al-Isra’, Al-Hijr, Al-Kahfi dan Al-Baqarah[1]. Setiap penggalan kisah di masing-masing surat tersebut memiliki suasana yang berbeda. Ada penuturan yang suasananya adalah penghargaan dan pemuliaan terhadap nabi Adam AS dan keturunannya, ada pula penuturan yang suasananya adalah peringatan dan mewanti-wanti agar Manusia selalu waspada.
Selain suasana yang berbeda-beda, ada pula titik berat atau penekanan yang berbeda dalam setiap penggalan kisahnya. Sehingga untuk mendapatkan gambaran yang utuh dibutuhkan kajian yang mendalam dengan membandingkan antara satu penggalan dengan penggalan kisah lainnya.
Sebelum menciptakan nabi Adam AS, maka Allah SWT terlebih dahulu memberitahukan kepada para Malaikat akan maksud dan tujuan Allah SWT dalam menciptakan nabi Adam AS, yakni sebagai makhluk yang akan bertugas mengelola dan memakmurkan Bumi (Al-Baqarah: 30).
Di saat tersebut para Malaikat bertanya tentang perihal makhluk baru tersebut, apakah ia akan berbuat kerusakan dan kesalahan yang sama sebagaimana makhluk sebelumnya? Maka Allah SWT memberitahukan kepada para Malaikat, bahwa ada hikmah di balik penciptaan makhluk baru ini (Manusia).
Manusia pertama (Adam AS) Allah SWT ciptakan dari bahan dasar tanah yang ada di Bumi, karena di sanalah nanti ia dan keturunannya akan mengemban tugas. Dalam beberapa ayat Allah SWT menjelaskan tentang proses penciptaan Adam AS.
Fase Thurab (tanah kering)[2]
Fase Thin (tanah liat karena bercampur air)[3]
Fase Hama’ Masnun (tanah liat yang menghitam, berbau dan memiliki bentuk)[4]
Fase Sholshol (tanah liat kering yang memiliki bentuk dan rongga)[5]
Semua fase dan proses tersebut Allah SWT sampaikan sebagai dasar informasi akan karakter dan sifat dasar Manusia yang lemah dan rapuh. Namun setelah Allah SWT meniupkannya Ruh serta mengajarkannya ilmu, ia menjadi makhluk yang mulia, hingga Allah SWT pun memerintahkan para Malaikat dan Iblis untuk memberikan sujud penghormatan kepada nabi Adam AS.
Para Malaikat sujud kepada nabi Adam AS, namun Iblis enggan untuk melaksanakannya. Dari sinilah awal mula permusuhan Iblis terhadap nabi Adam AS dan keturunannya. Iblis dilaknat oleh Allah SWT karena kesombongan dan kedengkiannya, ia pun bersumpah untuk selalu berupaya menggoda dan menjerumuskan nabi Adam AS beserta keturunannya dalam kesesatan bagaimanapun caranya.
Iblis diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah SWT, lalu Allah SWT menempatkan nabi Adam AS di Surga, yang di dalamnya nabi Adam AS tidak akan kelaparan, kedinginan, kehausan dan kepanasan. Allah SWT berfirman dalm QS. Thaha:
إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعۡرَىٰ ١١٨
118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang,
وَأَنَّكَ لَا تَظۡمَؤُاْ فِيهَا وَلَا تَضۡحَىٰ ١١٩
119. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”.
Ayat tersebut di atas memberi isyarat akan kebutuhan dasar Manusia, yakni sandang, pangan dan papan.
Dimulailah kehidupan nabi Adam di Surga, semua kebutuhannya terpenuhi, kecuali satu hal, yakni pasangan hidup. Maka Allah SWT menciptakan Hawa sebagai pasangan nabi Adam AS, ia diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam AS. Banyak pelajaran dan hikmah dari peristiwa tersebut, di antaranya:
1. Manusia selalu membutuhkan pasangan hidup, maka bersyukurlah atas pasangan yang telah Allah SWT berikan
2. Wanita memiliki karakter seperti tulang rusuk, sebagaimana yang tersebut dalam Hadits
3. Allah SWT yang telah memberikan semua kebutuhan Manusia
Allah SWT menyediakan semua kebutuhan nabi Adam AS dan istrinya, serta menjauhkannya dari segala hal yang bisa menyakitinya. Hal itu untuk mengajarkan nabi Adam AS akan apa yang ia butuhkan dan apa yang harus ia hindari. Setelah itu Allah SWT mengujinya dengan memberikan sebuah amanah untuk tidak mendekati sebuah pohon. Allah SWT memberi peringatan kepada nabi Adam AS dan istrinya untuk senantiasa waspada dari Iblis yang menjadi musuh mereka.
Dendam, dengki dan permusuhan dalam diri Iblis semakin menggelora, ia pun selalu berusaha untuk menjerumuskan nabi Adam AS beserta istrinya agar melanggar larangan Allah SWT. berkali-kali ia gagal, namun ia tidak pernah berputus asa. Hingga pada akhirnya nabi Adam AS lupa dan memakan buah dari pohon yang dilarang oleh Allah SWT.
Al-Quran tidak melemparkan kesalahan kepada Hawa, justru nabi Adam AS yang bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan beserta istrinya. Begitulah Al-Quran menyampaikan, bahwa tanggung jawab utama dalam kehidupan rumah tangga ada pada diri seorang suami.
Berbeda dengan Iblis ketika melakukan kesalahan. Nabi Adam AS beserta Hawa segera bertaubat dan memohon ampun atas kezaliman yang mereka lakukan. Lalu Allah SWT menerima taubat keduanya.
Lengkap sudah pelajaran yang Allah SWT berikan kepada nabi Adam AS dan Hawa. Ilmu, amanah dan bagaimana cara untuk kembali dari kesalahan sudah dimiliki oleh keduanya. Keduanya pun lalu diturunkan di Bumi untuk menjalankan babak kehidupan baru, serta menjalankan tugas sebagai Khalifah di Bumi tersebut.
KELUARGA NABI ADAM AS DI BUMI
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa nabi Adam AS diturunkan di India, sedangkan Hawa diturunkan di Jeddah. Keduanya saling mencari, hingga Allah SWT pertemukan keduanya di Arafah. Hal ini menunjukkan bahwa Manusia tidak akan pernah merasa tenteram tanpa pasangannya.
Tidak banyak referensi yang bisa kita dapatkan terkait detail kisah nabi Adam AS dan Hawa di dalam Al-Quran setelah keduanya diturunkan ke Bumi. Hal ini berbeda dengan kisah nabi Nuh, nabi Ibrahim dan nabi Muhammad SAW yang sangat kental suasananya dengan tema tema keluarga.
Dalam kitab Al Bidayah wa An Nihayah yang ditulis oleh imam Ibnu Katsir, ada dua sub pembahasan yang berkaitan dengan keberadaan nabi Adam A di Bumi. Pembahasan tersebut menceritakan tentang dua anak nabi Adam AS serta peristiwa wafat dan wasiat nabi Adam AS kepada anak-anaknya.
Adapun tentang dua anak nabi Adam AS (Qabil dan Habil), hal tersebut diceritakan oleh Allah SWT dalam Al-Quran di satu tempat, yakni QS. Al-Maidah
۞وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ ٢٧ لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقۡتُلَنِي مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٖ يَدِيَ إِلَيۡكَ لِأَقۡتُلَكَۖ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٨ إِنِّيٓ أُرِيدُ أَن تَبُوٓأَ بِإِثۡمِي وَإِثۡمِكَ فَتَكُونَ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلنَّارِۚ وَذَٰلِكَ جَزَٰٓؤُاْ ٱلظَّٰلِمِينَ ٢٩ فَطَوَّعَتۡ لَهُۥ نَفۡسُهُۥ قَتۡلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُۥ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٣٠ فَبَعَثَ ٱللَّهُ غُرَابٗا يَبۡحَثُ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُرِيَهُۥ كَيۡفَ يُوَٰرِي سَوۡءَةَ أَخِيهِۚ قَالَ يَٰوَيۡلَتَىٰٓ أَعَجَزۡتُ أَنۡ أَكُونَ مِثۡلَ هَٰذَا ٱلۡغُرَابِ فَأُوَٰرِيَ سَوۡءَةَ أَخِيۖ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ ٣١
27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.
28. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”.
29. “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”.
30. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.
31. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Secara singkat kisah ini bermula dari tidak terimanya Qabil akan keputusan sang ayah. Qabil menikah dengan Labuda (saudari kembar Habil), sedangkan Habil menikah dengan Iqlima (saudari kembar Qabil). Qabil tetap enggan dengan keputusan sang ayah, meskipun sudah dibujuk berkali-kali. Akhirnya diputuskanlah untuk mempersembahkan Qurban kepada Allah SWT. Siapa yang Qurbannya diterima, maka ia berhak untuk menikahi Iqlima.
Qabil yang seorang petani mempersembahkan hasil gandumnya yang buruk. Sedangkan Habil yang seorang peternak mempersembahkan dombanya yang paling gemuk. Akhirnya Allah SWT hanya menerima Qurban Habil, dan hal ini semakin menambah kedengkian Qabil kepada Habil.
Nilai-nilai atau pelajaran yang bisa kita ambil dari ayat tersebut d atas adalah:
1. Orangtua memberikan arahan kepada anaknya dalam hal pernikahan
2. Orangtua menyampaikan kepada anak tentang perintah Allah SWT yang harus dijalankan
3. Orangtua memberikan nasehat serta mencari solusi jika nasehatnya tidak ditaati
4. Orangtua mengajarkan life skill kepada anak (Qabil petani, Habil peternak)
5. Qurban adalah bukti kedekatan seseorang dengan Allah SWT
6. Allah SWT hanya menerima sesuatu yang baik dan tulus
7. Hasad menjadi salah satu sebab terbesar dalam tindak kejahatan
8. Orangtua harus sangat waspada akan hasad di antara anak-anaknya
9. Orangtua harus menanamkan nilai-nilai Tauhid
10. Orangtua harus menanamkan rasa takut akan Allah SWT dan AzabNya
11. Kita harus senantiasa berusaha untuk mengendalikan dan mendidik nafsu
12. Pembunuhan adalah dosa yang sangat besar
Setelah kematian Habil, Allah SWT memberikan nabi Adam AS seorang anak bernama Syits yang diangkat menjadi nabi. Sebelum wafat, nabi Adam AS berpesan dan mengajarkan kepada Syits batasan-batasan waktu siang dan malam. Nabi Adam AS juga mengajarkan tentang ibadah-ibadah yang harus dilakukan di waktu-waktu tersebut.
[1] Berdasarkan urutan turunnya wahyu
[2] QS. Ali Imran: 59
[3] QS. As-Shaffat: 11
[4] QS. Al-Hijr: 26
[5] QS. Ar-Rahman:14