NABI DAN SYUHADA PUN IRI

NABI DAN SYUHADA PUN IRI

Tiada yang meragukan, bahwa para nabi dan syuhada adalah golongan Manusia yang mendapatkan kemuliaan dari Allah ﷻ. Mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi nan mulia di sisi-Nya, sehingga wajar banyak Manusia lain yang mendamba untuk mendapatkan kedudukan yang sama.

Ada sekelompok Manusia, mereka bukan golongan para nabi atau syuhada. Namun para nabi dan syuhada pun bahkan iri kepada mereka, karena kemuliaan yang telah Allah ﷻ berikan kepada mereka. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ. قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلاَ أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لاَ يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلاَ يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ». وَقَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ)

Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat sekelompok manusia yang bukan para nabi dan bukan pula orang-orang yang mati syahid. Para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta’ala.” Mereka(para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh (dari) Allah bukan karena hubungan kekerabatan di antara mereka, bukan pula karena adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih.” Dan beliau membaca ayat ini (yang artinya),

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

(HR. Abu Dawud)

Para nabi dan syuhada adalah golongan Manusia yang sangat besar ujian serta cobaannya, sangat besar perjuangan serta perjuangannya. Para nabi harus tulus menyampaikan, serta rela disustakan; para syuhada harus rela mengorbankan harta bahkan jiwa dan raga.

Maka perhatikanlah orang-orang yang saling mencintai karena Allah ﷻ! Mereka rela ketika saling berbeda, mereka memberikan cinta yang sama, mereka pun mengalami sakit yang sama. Senyum mereka pada saudaranya, Allah ﷻ menggantinya dengan cahaya yang ada pada wajah mereka. Kesedihan mereka atas apa yang menimpa saudaranya, menjadikan Allah ﷻ menghilangkan ketakutan serta kesedihan pada diri mereka.

Saudaraku! Inilah ukhuwah, Aku mencintai karena Allah

qiroati

Kita memang terlahir dari rahim yang berbeda
Ibu kita berbeda, bahkan ayah kita pun tak sama

Tak pernah aku mengenalmu sebelumnya
Bahkan dirimu tak ada dalam potongan-potongan ingatan masa kecilku

Saat pintu tetangga tertutup rapat
Saat pagar dan tembok tinggi menjulang
Saat sanak kerabat dan keluarga jauh di sana
Saat jodoh tak kunjung ku temukan
Engkau hadir
Mewarnai dan memberikan goresan tinta dalam lembaran kehidupanku

Canda tawa bersamamu
Suka dan duka pun bersamamu

Kadang bahagia engkau berikan
Kesal dan kecewa pun tak jarang engkau goreskan

Namun kesal dan kecewa tak ada harganya
Jika dibandingkan dengan hadirmu dalam jiwa

Kadang kata-katamu indah bagaiakan bunga yang sedang mekar
Kadang kata-katamu juga menusuk tajam bagaikan duri mawar

Sejatinya ia hanyalah duri kecil yang tiada arti
Bagi sebongkah hati yang telah teruji

Namun hati ini belumlah teruji
Sehingga duri kecil pun bagaikan paku besi

Jujur, aku lemah dan lengah tanpamu
Hadirnya dirimu menghadirkan sebuah suasana
Untuk saling menasehati dalam kebenaran serta kesabaran

Dalam persahabatan bukan berarti tak ada seteru
Sebab ketika manusia bersama pastilah perbedaan itu ada

Namun yakinlah bahwa
Tatkala kita terpisah, saling rindu akan ada

Rindu itu bukan hanya akan kesamaan
Bahkan rindu itu juga akan perbedan

Perbedaan itu bisa menjadi indah
Ada daun ada bunga
Keduanya berbeda
Baik rupa ataupun warna
Mereka indah karena berbeda
Bunga tetaplah bunga
Dan daun tetaplah daun
Jangan paksakan bunga menjadi daun
Dan jangan paksakan daun menjadi bunga

Aku adalah aku
Dan dirimu adalah dirimu
Semoga kita menjadi indah
Layaknya daun dan bunga

Wahai sahabat!
Selain keluarga dan harta
Engkau adalah karunia Allah yang tiada tara
Semoga engkau sudi membersamaiku di dunia dan akhirat

SAKIT ITU SIKSA ATAU CINTA?

SAKIT ITU SIKSA ATAU CINTA?

Hikmah sakit | Semua orang pasti pernah merasakan sakit, baik itu sakit pada fisik ataupun psikisnya. Jika sakit, semua kenikmatan yang ada terasa sirna. Lidah tak lagi mampu menikmati lezatnya makanan, mata tak lagi mampu menikmati indahnya pemandangan. Belum lagi ditambah rasa perih, luka, serta rasa lain yang menyiksa turut serta mendera.

Begitulah sekiranya gambaran sakit. Sehingga sangat wajar, jika dikatakan bahwa sakit adalah siksa, karena memang ia menyiksa siapa pun yang mengalaminya. Lalu jika ada seseorang yang sakit, apakah hal itu selalu pertanda bahwa Allah ﷻ sedang menyiksa hamba tersebut?

Saudaraku, jika Anda adalah seorang Bapak atau Ibu, apa sekiranya yang Anda rasakan saat sang Buah Hati tercinta mengalami sakit? Saudaraku, apa yang Anda rasakan saat orang terdekat Anda sedang tertimpa musibah?

Bermacam rasa bercampur, dalam komposisi yang tidak bisa dijelaskan oleh angka tentunya. Namun di antara sekian rasa itu, ada rasa yang mendominasi atas sebagiannya. Jika mereka sakit, apakah Anda merasa iba? Apakah cinta Anda bertambah? Apkah Anda melupakan kesalahan-kesalahannya? Jawab saja iya!

Betapa sering Anda dibuat kesal, entah itu oleh anak atau orang terdekat lainnya. Namun kekesalan itu tiba-tiba hilang saat mereka sakit. Betapa banyak kesalahan yang telah mereka buat, namun tiba-tiba Anda memaafkan semua kesalahannya saat mereka sakit. Betapa banyak air mata Anda tertumpah, betapa banyak janji terucap, betapa banyak kecupan dan pertanyaan dilontarkan, semua itu saat mereka sakit.

Itu semua adalah gambaran cinta serta sikap seorang makhluk pada makhluk lainnya. Lalu bagaimana cinta Allah ﷻ Sang Pencipta pada hamba-Nya? Perhatikan Hadits berikut!

Rasulullah  kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya. Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya.
Rasulullah
bertanya kepada kami, “Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya. ”Maka Rasulullah bersabda,
“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Sekarang apakah Anda sudah paham, kenapa Allah ﷻ memberikan sakit pada hamba-Nya? Iya, Ia ingin menghapus segala dosa yang telah diperbuat oleh hamba-Nya, Ia ingin memperbesar rasa cinta pada hamba tersebut. Sekarang Anda juga mungkin paham, kenapa Rasulullah ﷺ mengalami sakit yang luar biasa menjelang wafatnya. Beliau tiada memiliki dosa, sakit itu tidak lain hanya untuk menambah cinta dan kemuliaan baginya.

 

Wahai jiwa yang sedang sakit tubuhnya!
Wahai jiwa yang sedang terenggut kenikmatannya!
Sakitmu adalah penggugur dosa
Sakitmu adalah tanda cinta
Aku hanya bisa berkata
Sebagaimana yang dikatakan oleh Al Musthofa
“Sabarlah wahai keluarga Yasir! Karena sesungguhnya yang dijanjikan untuk kalian adalah Surga”