Baca Tulis | Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa bangsa Arab adalah bangsa Ummiy (tidak membaca dan menulis). Maksudnya adalah sebagian besar dari mereka tidak menguasai keahlian membaca dan menulis, dengan catatan bukan dikarenakan ketidak mampuan mereka. Hal tersebut terjadi dikarenakan bangsa arab lebih banyak mengandalkan kemampuan hafalan mereka, sehingga maklumat cukup disampaikan dari mulut ke mulut dan disimpan dalam ingatan mereka. Oleh karenanya akan sangat sulit sekali kita jumpai manuskrip berupa teks dari masa sebelum kenabian rasulullah Muhammad ﷺ.

              Cukup mengejutkan tentunya, jika kita mencermati dengan baik wahyu yang Allah ﷻ turunkan pertama kali. Di tengah bangsa Arab yang tidak akrab dengan kegiatan baca tulis, ternyata wahyu yang turun pertama kali berbicara dengan sangat jelas tentang membaca dan menulis. Bukan hanya perintah untuk membaca, di dalam wahyu tersebut juga disampaikan landasan dalam membaca serta isyarat tentang proses menulis.

Perintah membaca

              Wahyu yang pertama kali Allah ﷻ turunkan dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 di dalamnya terdapat dua perintah membaca. Perintah pertama dibarengi dengan penjelasan bahwa Allah ﷻ adalah Pencipta Manusia, lalu pada perintah kedua dibarengi dengan penjelasan bahwa Allah ﷻ Maha Mulia dan Pemurah.

              Jika kita memperhatikan dengan cermat uslub atau metode yang digunakan oleh Al-Quran, maka kita akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam perintah membaca tersebut. Beberapa hal yang bisa kita cermati dalam uslub tersebut di antaranya:

  1. Permulaan surat langsung dimulai dengan perintah, tanpa adanya muqoddimah ataupun keterangan penyerta yang mendasari alasan keberadaan perintah tersebut. Seolah Al-Quran ingin menyampaikan bahwa membaca sudah menjadi aktivitas yang sewajarnya Manusia lakukan, sehingga tidak lagi perlu alasan ataupun penjelasan lebih lanjut.
  2. Perintah membaca ini turun di tengah kaum yang ummy. Seolah Al-Quran ingin menyampaikan bahwa akan ada perubahan besar pada kaum ini, dan wasilahnya adalah dari proses membaca.
  3. Tidak ada penyebutan obyek apa yang harus dibaca, sehingga cakupannya menjadi sangat luas, mencakup ayat-ayat Qouliyah dan Kauniyah serta membaca apa yang tertulis dan apa yang terpatri dalam hati.
  4. Terdapat perintah membaca sebanyak dua kali. Hal ini menegaskan pentingnya membaca untuk meningkatkan kualitas sumber daya Manusia.
  5. Ada penyebutan kata Qolam yang berarti pena setelah dua perintah membaca. Hal ini menunjukkan bahwa proses menulis baru bisa dilakukan jika seseorang telah banyak membaca, dan setelah seseorang menulis ia harus membaca kembali hasil tulisannya.

Selain dari beberapa poin di atas, ada satu lagi pelajaran penting yang harus sangat diperhatikan oleh kaum Muslimin. Sebagaimna kita ketahui bersama, bahwa setiap aktivitas yang dilakukan Manusia pastilah memiliki landasan. Oleh karenanya Al-Quran tidak hanya menyampaikan perintah membaca, akan tetapi Al-Quran juga mengajarkan landasan atau dasar dalam aktivitas membaca.

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١

Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan

              Dalam ayat tersebut terdapat huruf Ba’ yang akan mengajarkan kepada kita landasan atau dasar dalam membaca. Ibnu ‘Asyur dalam tafsirnya At Tahrir wa At Tanwir menjelaskan tiga makna huruf Ba’ dalam ayat tersebut:

  • Al isti’anah atau permintaan tolong,

artinya setiap aktivitas membaca harus dimulai dengan memohon pertolongan dari Allah ﷻ

  • Al Mushohabah atau penyertaan,

artinya dalam setiap proses dan aktivitas membaca harus senantiasa menyertakan Allah ﷻ

  • Bi ma’na ‘Ala atau atas,

artinya dalam setiap aktivitas membaca haruslah atas izin Allah ﷻ.

Halaman berikutnya >>>